BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Saat ini harga minyak sedang membumbung tinggi dan sempat
menembus angka $130 yang merupakan harga tertinggi dalam sejarah industri
perminyakan, yang diakibatkan cadangan minyak dunia terus menurun karena temuan
sumber-sumber minyak baru tidak seimbang dengan kebutuhan energi yang ada.
Negara-negara pengekspor minyak menikmati windfall
profit yang tidak sedikit. Negara adidaya seperti Amerika Serikat membutuhkan
bahan bakar minyak sekitar 21 juta barrel per hari, ini lebih dari dua puluh
kali lipat produksi minyak Indonesia sekarang, dan 60% kebutuhannya harus
diimport dari luar Amerika. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan tentang
eksplorasi dan eksploitasi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan
memperoleh informasi lebih banyak tentang keadaan lapangan, baik dipermukaan
dan yang ada di bawah permukaan bumi.
Setidaknya
ada tiga sumber informasi geologi yang dapat digunakan untuk penelitian geologi
suatu daerah yaitu melalui singkapan batuan, geofisika permukaan, dan pemboran.
Pada makalah ini, yang akan
dibahas adalah tentang salah satu penelitian sebagai sumber informasi yang mendukung kegiatan eksplorasi, yaitu
penelitian dengan cara pemboran. ada dua jenis sumber data /
informasi geologi dalam pemboran yaitu , bersifat langsung seperti drill
cutting sample, core sample, sidewall core dan tidak langsung yaitu
pengukuran sifat fisik batuan pada lubang bor dengan menggunakan alat wireline logging. Akibat alasan biaya
dan teknis (alat dan waktu) core sampel jarang
sekali dilakukan dalam suatu proses pemboran. Sehingga seringkali geologist menggunakan data cutting sample atau sidewall core dengan wireline.
Ditambah lagi, semakin dalamnya lubang bor, maka semakin tinggi ketidak-pastian
dan ketidak-akuratan data kedalaman maupun kualitas sample nya, hal ini
disebabkan proses campur aduk lumpur sebagai pembawa / media cutting ke permukaan, atau disebabkan
adanya runtuhan (caving) dan
hilangnya beberapa kandungan karena adanya lost
circulation. Sehingga, sebagai
akibatnya, informasi yang sifatnya tidak langsung yaitu wireline logging menjadi penting khususnya untuk kualitas, jenis
peralatan dan metode interpretasi yang digunakan. Hal ini bukan saja untuk
pembuktian dalam bentuk data dan informasi geologi tapi juga membantu dalam
sintesis data-datanya.
I.2
Manfaat dan Tujuan Makalah
Wireline logging bertujuan
untuk menemukan lapisan-lapisan formasi yang mengandung hidrokarbon (minyak dan
gas) dan sangat membantu untuk melakukan perkiraan besarnya cadangan
hidrokarbon yang ada di dalam suatu lapangan eksplorasi. Da makalah ini akan
memberikan informasi tentang perkajaan Field
engineer dan Wireline engineer.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Wireline Logging
Wireline
logging mengacu pada praktek dalam
industri minyak dan gas yang menurunkan perangkat
logging terpasang pada wireline ke dalam lubang bor atau sumur minyak untuk
mengukur sifat-sifat batuan dan komposisi dari cairan (Gambar 2.1). Pengukuran
yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan digunakan untuk menentukan
kedalaman dan zona di mana minyak dan gas dapat diharapkan dapat ditemukan.
Wireline
logging memiliki sejarah lebih dari 80 tahun
yang lalu yaitu pada tanggal 5 September 1927, ketika dua bersaudara, Conrad
dan Marcel Schlumberger, menyatakan apa yang dianggap sebagai wireline log pertama di lapangan
Pechelbronn Perusahaan Minyak di Perancis. Disebut juga Wireline
logging karena alat logging
diturunkan melalui sumur minyak atau lubang pada ujung kabel. Alat Wireline
logging biasanya berbentuk silinder. Mulai dari diameter sempit sekitar
satu setengah inci sampai sekitar lima inci.
Gambar 2.1: Operasi
Wireline Logging
(kabel digantung ke rig kemudian
diturunkan ke dalam lubang bor)
Ada tiga tipe dasar alat
logging wireline:
- Tipe pertama mengukur potensi spontan. Ini adalah perbedaan tegangan antara elektroda di alat wireline logging ketika ia di dalam sumur, dan elektroda yang terletak di permukaan. Tipe ini biasanya juga memiliki instrumen tambahan untuk mengukur radiasi alam yang berasal dari isotop alami. Dengan cara ini dapat mengukur suhu dan tekanan.
- Alat logging wireline memiliki sumber eksitasi atau stimulasi serta sensor. Sistem penginderaan yang digunakan dalam tipe ini bisa resonansi magnetik, induktif, listrik, akustik, atau metode lainnya.
- Jenis ketiga dari alat yang digunakan adalah salah satu yang dapat melakukan beberapa jenis manuver mekanis.
Jenis alat wireline logging dapat mengambil sampel batuan di berbagai
kedalaman yang memungkinkan para ilmuwan untuk meneliti secara fisik bentuk
yang sebenarnya. Alat ini juga dapat mengambil sampel minyak pada kedalaman
yang ditentukan dan membawa kembali ke permukaan untuk diperiksa.
II.
2 Unit dan Truck Wireline Logging
|
1. Wellhead
2. Wireline logging truck
3. Downhole converter
4. Bridle
5. Casing
6. Reservoir
7. Perforated interval
8. Perforated hole
9. Pement
10. Power for ulstrasonic
source.
Gambar
2.2: Unit dan Truk Wireline Logging
II.3
Kelebihan Wireline Logging
Ada beberapa alasan mengapa Wireline Logging dilakukan, yaitu:
- Dapat memberikan data yang akurat, presisi, obyektif, dan bersifat repetitive (berulang).
- Datanya bersifat menerus dengan interval mulai dari 15 cm, bahkan bisa sampai 3 cm jika memang diperlukan.
- Menghasilkan data-data dari sifat fisik batuan, yang seterusnya dapat dilakukan analisa porositas, volumen batuan, dan analisa batuan lainnya.
- Sifatnya permanen, yaitu data aslinya (Raw File) dapat digunakan kembali jika muncul ide atau metode interpretasi yang berbeda atau baru.
- Dari segi waktu, data wireline logging cepat dan langsung tersedia di wellsite dengan sedikit proses melibatkan wellsite geologist.
- Ekonomis, biaya sewa anjungan pemboran merupakan biaya yang tertinggi dalam suatu pemboran minyak (rig cost) jadi karena proses wireline logging relatif cepat maka relatif sangat menguntungkan bagi perusahaan minyak, dibandingkan dengan proses coring yang relatif lebih mahal dan lama.
- Bergantung pada parameter geologi, misalnya susunan formasi, sifat fisik batuan, bentuk-bentuk geologi bawah permukaan lainnya. Sehingga seorang geologist yang paham dengan kondisi daerahnya akan merasa diuntungkan dengan adanya wireline logging ini. Dia akan mudah mengetahui adanya unconformity (ketidakselarasan) dengan perkiraan kedalaman tertentu, maka dengan wireline logging dapat dianalisa lebih detil.
II.4
Reservoar Evaluation Sistem
Reservoir
adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya reservoir
minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi,
temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon
didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu
adanya batuan reservoir, lapisan penutup dan perangkap. Beberapa syarat
terakumulasinya minyak dan gas bumi adalah :
1.
Adanya batuan Induk
(Source Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik
seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah mengalami proses pematangan
dengan waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan minyak dan gas bumi.
2.
Adanya batuan waduk
(Reservoir Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga
minyak dan gas bumi yang dihasilkan batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.
3.
Adanya struktur batuan
perangkap
Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang
bermigrasinya minyak dan gas bumi lebih jauh.
4.
Adanya batuan
penutup (Cap Rock)
Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh
cairan (impermeable), sehingga minyak
dan gas bumi terjebak dalam batuan tersebut.
5.
Adanya jalur migrasi
6.
Merupakan jalan
minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai terakumulasi pada perangkap.
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan
suatu mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis
mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk. Batuan
reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir dan
karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-klastik) atau
kadang-kadang vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi kimia
yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Pada hakekatnya setiap
batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan
menyimpan dan menyalurkan minyak bumi.
II. 4. 1 Sifat-Sifat Fisik Batuan Reservoir
4.1.1 Porositas (∅)
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase
dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas.
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total
pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang
jika dirumuskan :
dengan :∅ = Porositas
absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori (cc)
Vb = Volume batuan (total), (cc)
Vgr = Volume butiran (cc)
Porositas
batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1.
Porositas absolut,
adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total yang
dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai
persamaan sebagai berikut :
persamaan sebagai berikut :
2.
Porositas efektif,
adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap
volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.
dengan,
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran (gr/cc)
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran (gr/cc)
ρb = Densitas total (gr/cc)
ρf = Densitas formasi (gr/cc)
Berdasarkan
waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
- Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
- Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi
mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat
dilihat pada Tabel 2.1 berikut,
Tabel 2.1 Ukuran Porositas dan Kualitas
Porositas
(%)
|
Kualitas
|
0
- 5
|
dianggap
jelek sekali
|
6
- 10
|
dianggap
jelek
|
11
- 15
|
dianggap
sedang
|
16
- 20
|
dianggap
baik
|
diatas
20
|
Sangat
baik
|
4.1.2
Permeabilitas
( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori
untuk meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena itu
ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi
dari Prancis mempelajari aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil
penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum
Darcy. Dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah:
Gambar
2.3: Skema Percobaan Penentuan Permeabilias
Dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
dengan,
Q =
laju alir fluida (cc/det)
k =
permeabilitas (darcy)
μ =
viskositas (cp)
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran (atm/cm)
A = luas
penampang (cm2)
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai
permeabilitas yang melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan
kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2
dengan penurunan tekanan 1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1.
Alirannya mantap
(steady state)
2.
Fluida yang mengalir
satu fasa
3.
Viskositas fluida
yang mengalir konstan
4.
Kondisi aliran
isothermal
5.
Formasinya homogen dan
arah alirannya horizontal
6.
Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan
reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Permeabilitas
absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana
fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau
disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.
2.
Permeabilitas
efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana
fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan
gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif
dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.
3.
Permeabilitas
relatif (Krel)
Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada
kondisi saturasi tertentu terhadap permeabilitas absolute.
4.1.3
Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori
batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori
batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir
per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis
fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis dapat
ditulis :
Total fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :
Beberapa
faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :
1.
Ukuran dan distribusi
pori-pori batuan.
2.
Ketinggian diatas
free water level.
3.
Adanya perbedaan
tekanan kapiler.
Di dalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat
diproduksi semuanya. Hal ini disebabkan adanya saturasi minimum fluida yang
tidak dapat diproduksi lagi atau disebut dengan irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida yang
diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan persamaan berikut :
St = 1- (Swi + Sgi + Sei)
dengan,
St =
saturasi total fluida terproduksi
Swi
= saturasi air tersisa (iireducible)
Sgi
= saturasi gas tersisa (iireducible)
Soi
= saturasi minyak tersisa (iireducible)
4.1.4 Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral,
fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat
menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan
reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi
pori. Minyak dan gas bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air
bersifat menghantarkan arus listrik apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya
gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam
reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter
resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material
untuk menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
dengan,
ρ = resistiviti
fluida didalam batuan (ohm-m)
r = tahanan (ohm)
A = luas area
konduktor (m2)
L = panjang
konduktor (m)
Konsep dasar untuk
mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep faktor formasi
dari Archie yang didefinisikan :
dengan,
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti
batuan yang terisi air
4.1.5 Imbibisi dan
Drainage
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa
pembasah (water) meningkat sedangkan
saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah
meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada
proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir sebagai water wet. Drainage adalah proses
kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun dan saturasi
non-wetting phase meningkat.
Gambar 2.4: Hubungan Antara Imbisi dan Drainage Terhadap Tekanan Kapiler
4.1.6 Tekanan Kapiler (Pc)
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai
perbedaan tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang
bersifat tidak membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau
lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara matematis
dapat dilihat bahwa :
Pc = tekanan
kapiler (dyne/cm2)
Pnw = tekanan pada
permukaan fluida non wetting phase (dyne/cm2)
Pw =tekanan pada
permukaan fluida wetting phase (dyne/cm2)
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan
dapat dilukiskan dengan sebuah sistim tabung kapiler. Di mana cairan fluida
akan cenderung untuk naik bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan
jari-jari yang sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi
yang bekerja pada permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari
kenaikkan fluida , dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat
kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan
kecenderungan rongga pori batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan
dengan fluida yang berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas
antara permukaan dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai
tekanan lebih besar dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara
dua fasa fluida terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.
Gambar 2.5: Tekanan Dalam Pipa Kapiler
Untuk
sistem udara-air (Gambar 2.5.a) :
dengan,
Pa = tekanan udara (dyne/cm2)
Pw = tekanan air (dyne/cm2)
Pc = tekanan kapiler (dyne/cm2)
ρw = densitas air (gr/cc)
ρo = densitas
minyak (gr/cc)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h = tinggi kolom (m)
4.1.7 Karakteristik Minyak Bumi
Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh
sekelompok molekul yang terdiri dari elemen kimia Hidrogen (H) dan Karbon (C).
Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua elemen ini, yang mempunyai proporsi yang
beraneka ragam. Apabila ditemukan deposit hidrokarbon disuatu tempat, akan
sangat jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan komposisi yang sama, karena
daerah pembentukkannya berbeda.
Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air
formasi. Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa
gas, tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang ditempati.
Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik
fluida reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga
sesuai dengan sifat cairan pada umumnya. Pada fasa cair, jarak antara
molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak bumi
yang akan dibahas adalah densitas dan spesifik grafiti, viskositas, faktor
volume formasi, kelarutan gas, kompressibilitas dan tekanan bubble point.
4.1.8 Densitas Minyak ( ρo ) dan Spesifik Grafity ( γ )
Densitas didefinisikan sebagai masa dari satuan volume
suatu fluida (minyak) pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu. Dari
definisi tersebut dapat dirumuskan sebagai beikut :
dengan,
ρo = densitas minyak (lb/ft3)
m = massa minyak (lb)
V = volume minyak (ft3)
Sedangkan
spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida (minyak)
terhadap densitas air. Baik densitas air maupun fluida tersebut diukur pada
kondisi yang sama (60° F dan 14.7 Psia).
dengan,
γo = spesifik grafiti minyak
ρo = densitas minyak mentah (lb/ft3)
ρw = densitas air (lb/ft3)
Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan
secara meluas dalam industri perminyakan, namun API grafiti merupakan skala
yang lebih sering dipakai. Grafiti ini merupakan spesifik grafiti yang
dinyatakan dengan rumus :
API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 °API untuk minyak ringan sampai 10 °API untuk minyak berat.
4.1.9
Viskositas
Minyak ( μo )
Viskositas fluida merupakan sifat fisik suatu fluida yang
sangat penting yang mengendalikan dan mempengaruhi aliran fluida didalam media
berpori maupun didalam pipa. Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan
internal suatu fluida untuk mengalir.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam minyak tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas yang terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas minyak dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6: Hubungan Viskositas
Tekanan
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di
atas tekanan gelembung (Pb), dengan penurunan tekanan sampai (Pb),
mengakibatkan viskositas minyak berkurang, hal ini akibat adanya pengembangan
volume minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai pada harga tekanan
tertentu, maka akan menaikkan viskositas minyak, karena pada kondisi tersebut
terjadi pembebasan gas dari larutan minyak.
II.4. 2 Jenis-Jenis Reservoir
Jika terjadi suatu retakan atau perekahan pada batuan
induk (source rock) maka minyak dan gas akan mengalami migrasi keluar yang
biasa disebut dengan migrasi primer. Setelah itu minyak dan gas bumi akan
bermigrasi terus sampai terjebak didalam suatu wadah yang tidak bisa dilalui
oleh minyak dan gas, yang biasa disebut dengan reservoir. Reservoir adalah
suatu tempat berkumpulnya minyak dan gas bumi. Dalam hal ini akan dibahas jenis
reservoir jenuh dan reservoir tidak jenuh.
1.
Reservoir Jenuh
Reservoir jenuh (saturated)
biasanya mengandung hidrokarbon dalam bentuk minyak yang dijenuhi oleh gas
terlarut dan dalam bentuk gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Bila
minyak dan gas diproduksikan, kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi,
tekanan reservoir akan turun. Dengan turunnya tekanan reservoir, maka volume
gas yang membentuk gas cap akan mengembang dan merupakan pendorong keluarnya fluida
dari dalam reservoir. Selain pengembangan volume gas cap dan pembebasan gas
terlarut, mungkin juga terjadi perembesan air kedalam reservoir.
2.
Reservoir Tidak Jenuh
Reservoir tidak jenuh (under saturated) pada keadaan mula-mula tidak terdapat gas bebas
yang terakumulasi membentuk gas cap. Apabila reservoir diproduksikan, maka gas
akan mengalamai pengembangan yang menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada
saat tekanan reservoir mencapai tekanan bubble point maka gas akan keluar dari
minyak.
II.5
Wireline Engineer dan Field Engineer
Wireline engineer adalah engineer yang tugas dan tanggung
jawabnya menangani wireline.
Para wireline engineer akan mengatur
letak kendaraan logging segaris
dengan sumbu sumur, kemudian menggelar
kabel logging menggunakan dua roda
katrol yang ada di atas (diikat pada
sebuah alat ukur) dan di bawah (dekat mulut sumur pemboran), serta menyambungkan alat-alat logging (untuk mengukur kurva-kurva log Gamma Ray, Spontaneous Potensial, Resistivity, Porosity (Neutron, Density, Sonic)). Setelah dilakukan kalibrasi alat dan berbagai
persiapan, alat-alat logging itu diturunkan ke dalam sumur secara cepat, dan
pengukuranpun dimulai pada saat alat-alat
logging itu ditarik ke atas permukaan.
Dan field engineer akan mengawasi dan
menindaklanjuti problem yang terjadi di lapangan.
BAB III
RINGKASAN
Wireline
logging merupakan bagian dari suatu proses
pemboran minyak dan gas bumi. Setelah pemboran dilakukan dan pemboran ini
biasanya dapat dibagi menjadi beberapa fase, sebagai contoh dimulai dengan fase
lubang 26" (top hole),
dilanjutkan lubang 12-1/4" (intermediate)
dan diakhiri dengan fase lubang 8-1/2" (interest zone). Setiap selesai satu fase (intermediate dan interest
zone), di mana keadaan lubang belum ditutupi oleh selubung (casing), dapat dilakukan wireline
logging ini. Secara umum, teknis pelaksanaannya adalah lubang yang sudah
dianggap aman (artinya tekanan berat lumpur didalam lubang cukup untuk dapat
menahan tekanan formasi batuan), maka akan dimasukkan satu rangkaian alat
logging ini dengan menggunakan kabel kawat baja sampai kedalam akhir, setelah
itu, pengukuran akan dilakukan sambil menarik alat wireline logging keatas secara perlahan. Jadi proses pengambilan
data dimulai dari bawah ke permukaan.
Ada tiga parameter geologi yang mempengaruhi wireline logging yaitu komposisi, tekstur dan struktur dari batuan. Kandungan fluida (gas,
minyak, atau air) juga dapat dilihat indikasinya, karena fluida tersebut berada
dalam pori-pori batuan dan fracture batuan yang merupakan kesatuan dan tidak
terpisah didalam lubang sumur minyak dan terukur oleh alat wireline logging.
Wireline
log dapat memberikan gambar batuan di bawah permukaan yang sudah
dibor dan memberikan gambaran yang jelas, walaupun terkadang sebagian dan
kurang lengkap seperti layaknya singkapan permukaan. Gambar tersebut sifatnya
menerus dan selalu permanen, obyektif dan kuantitatif. Selanjutnya
gambar-gambar ini akan dapat terlihat lebih jelas saat kita melihat adanya
perbedaan - perbedaan pengukuran yang menyolok, misalnya bagaimana gambar log
yang melewati lapisan batu lempung dengan lapisan batu pasir.